Dalam operasi pemadaman kebakaran lahan dan hutan (karhutla), pemilihan jenis pompa yang tepat sangat menentukan efektivitas taktik lapangan. Dua perangkat yang paling sering digunakan adalah pompa apung dan portable fire pump. Keduanya sama-sama berfungsi sebagai sumber tenaga pemindahan air, tetapi memiliki karakteristik teknis, kelebihan, dan batasan yang sangat berbeda.

Artikel ini membahas perbedaan mendasar keduanya untuk membantu tim lapangan memilih perangkat yang paling sesuai dengan kondisi operasi.
1. Konsep Dasar dan Prinsip Kerja
Pompa Apung (Floating Pump)
Merupakan pompa pemadam yang dirancang untuk mengapung langsung di permukaan air, seperti kanal, kolam, atau embung. Unit pompa menyatu dengan pelampung sehingga impeller bekerja dekat permukaan sumber air dan minim risiko kavitasi. Prinsip ini membuat pompa apung sangat efektif untuk daerah dengan banyak perairan dangkal.
Portable Fire Pump
Adalah pompa pemadam mandiri yang ditempatkan di atas tanah dan terhubung ke sumber air melalui selang hisap (suction hose). Kinerja optimal dicapai ketika permukaan pompa lebih tinggi dari sumber air tetapi masih dalam batas kemampuan hisap (suction head). Mesin ini dikenal lebih kuat dan stabil dalam operasi tekanan tinggi.
2. Perbedaan Teknis Utama
| Aspek Teknis | Pompa Apung | Portable Fire Pump |
|---|---|---|
| Lokasi Operasi | Mengapung di permukaan air | Diletakkan di darat dan menarik air via selang hisap |
| Kemampuan Hisap | Tidak bergantung pada suction head | Bergantung pada ketinggian hisap (umumnya max 6–7 m) |
| Pressure Output | Rendah–menengah | Menengah–tinggi (lebih ideal untuk panjang selang > 100 m) |
| Flow Rate | Umumnya besar di aliran pendek | Stabil untuk aliran panjang & tekanan tinggi |
| Mobilitas Lapangan | Sangat tinggi, mudah dipindahkan | Mobilitas cukup, namun butuh persiapan setup |
| Risiko Kavitasi | Sangat rendah | Ada risiko jika suction tidak optimal |
| Sumber Air Dangkal | Sangat ideal | Kurang ideal tanpa penyesuaian teknis |
3. Kapan Menggunakan Pompa Apung
Pompa apung cocok digunakan ketika:
- Sumber air adalah kanal, parit, atau kolam dangkal.
- Dibutuhkan pemindahan air cepat ke radius dekat dan menengah.
- Tim membutuhkan unit ringan yang dapat dipindahkan oleh 1–2 personel.
- Pemadaman dilakukan di area gambut dengan akses air terbuka.
Pada operasi karhutla, pompa apung sering menjadi unit first attack karena setup yang cepat dan kemampuannya bekerja di lokasi yang tidak dapat dijangkau portable fire pump.
4. Kapan Menggunakan Portable Fire Pump
Portable fire pump ideal ketika:
- Dibutuhkan tekanan tinggi untuk mendorong air ke jarak jauh.
- Lokasi sumber air relatif jauh dari titik pemadaman.
- Dibutuhkan distribusi air melalui jaringan selang panjang atau seri.
- Medan lebih stabil untuk menempatkan unit di darat.
Pompa ini menjadi tulang punggung untuk operasi relay pumping, terutama ketika tim harus menjaga tekanan air stabil di segala kondisi.
5. Kombinasi Keduanya pada Operasi Lapangan
Pada banyak skenario pemadaman karhutla, kedua pompa digunakan secara terintegrasi:
- Pompa apung ditempatkan di kanal untuk mengangkat air dari sumber dangkal.
- Air didorong ke portable fire pump untuk menaikkan tekanan dan distribusi ke titik api utama.
Model kombinasi ini mengoptimalkan volume dan tekanan secara bersamaan, menghasilkan efektivitas yang jauh lebih tinggi dibanding penggunaan salah satu unit saja.
6. Rekomendasi untuk Tim Lapangan
- Kenali karakter sumber air sebelum memilih jenis pompa.
- Evaluasi kebutuhan tekanan berdasarkan jarak dan topografi.
- Pertimbangkan jumlah personel untuk mobilisasi dan setup.
- Gunakan kombinasi pompa pada operasi skala besar untuk hasil terbaik.
- Pastikan seluruh peralatan mulai dari selang, nozzle, hingga fitting sesuai spesifikasi pabrikan.
Kesimpulan
Pompa apung dan portable fire pump memiliki fungsi yang sama tetapi keunggulan yang berbeda.
Pompa apung unggul untuk sumber air dangkal dan mobilitas tinggi, sedangkan portable fire pump unggul dalam tekanan dan distribusi jarak jauh. Dengan memahami perbedaan teknis keduanya, tim lapangan dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan memaksimalkan efektivitas operasi pemadaman.
Pemilihan unit yang benar bukan hanya meningkatkan kinerja, tetapi juga mengurangi risiko kegagalan dan mempercepat proses pemadaman di lapangan.